Dari
artikel di atas, kita dapat mengetahui implikasi kerja dari Vigotsky terhadap
pendidikan matematika. menurut vigotsky, guru bertanggung jawab terhadap
belajar siswa. Guru sebgai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam belajar.
Sehingga dari interaksi antara guru dan siswa akan dapat mempermudah bagi siswa
sendiri untuk membangun pengetahuannya. Dalam implikasi Vigotsky ini, secara
keseluruhan lebih menekankan bahwa guru memberikan pelayanan tentang apa yang
sedang dibutuhkan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Agar siswa terlibat dalam tugas dan untuk
memelihara suasana kelas yang positif dengan meningkatkan keterampilan social
sekaligus akademiknya, perlu menggunakan kelompok kecil dimana siswa dapat
berinteraksi terhadap temannya sekaligus tanggung jawab terhadap tugasnya. Menurut Ernest, dalam mengajar matematika hal
yang penting adalah anak-anak perlu terlibat secara aktif, memecahkan persoalan
sendiri, dan dapat menerapkan matematika dalam kehidupannya sendiri dan
lingkungan. Dalam hal tersebut, perlu dilakukan adanya pembelajaran yang aktif, bervariasi, terlibat secara sosial
dan mengatur diri sendiri. Sehinga pada kurikulum seharusnya didasarkan untuk membantu murid pengembangan diri dan
kemandirian, situasi kehidupan peserta didik adalah titik awal perencanaan
pendidikan, dan perubahan sosial adalah tujuan akhir dari kurikulum.
Saturday 25 May 2013
refleksi The Nature of Mathematics Education Aim
Berdasarkan
uraian di atas, secara filosofis tujuan pendidkan matematika adalah peregangan
dari dasar aritmatika
mengajar, sertifikasi, transfer pengetahuan, kreativitas, hingga mengembangkan
siswa pemahaman. Secara garis besar, tujuan pendidikan adalah memungkinkan
siswa untuk dapat menyadari, memahami, menilai, dan memanfaatkan serta
melakukan penerapan terhadap pengetahuan matematika dalam kehidupan sehidupan
masyarakat, sesuai dengan situasi dalam kepentingan pribadi, professional hidup,
maupun untuk social. Oleh karena itu, Ernest berpendapat bahwa kurikulum yang
digunakan seharusnya didasarkan pada membantu pengembangan diri siswa, dan
mengembangkan kemandiriannya, terhadap situasi kehidupannya maupun terhadap perubahan
social yang sedang dihadapinya. Jadi secara implisit, Ernest (1995) dijelaskan
bahwa sifat tujuan pendidikan matematika tergantung pada ideologi dan filosofi
pendidikan matematika.
refleksi The Simple Logic of The Need to Reform of Mathematics Education in Indonesia
Berdasarkan
uraian yang berjudul ”
The Simple
Logic of The Need to Reform of Mathematics Education in Indonesia ” ini kita
dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus diubah, diinovasi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Saat ini bangsa kita sedang melakukan
pembenaha terhadap pendidikan dan moralitas siswa. Sehingga ada beberapa macal
hal yang harus diperhatikan untuk lebih difokuskan dalam perubahan system pembelajarannya.
Kebanyakan kurikulum yang ada ini, kurikulum hanya sebatas instrument saja,
oleh karena itu hendaknya ada berubahan kurikulum yang lebih baik, yaitu
kurikulum yang lebih interaktif. Selain itu, kurikulum harus sederhana namun
fleksibel. Dalam proses
pembelajaran, untuk melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran sekaligus
memenuhi apa yang sebenarnya dibutuhkan siswa dalam membangun pengetahuan,
hendaknya menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selama ini,
kebanyakan guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada
guru, sehingga pengetahuan yang diterima siswa hanya sebatas pengetahuan yang
dimilik guru atau disebut dengan transferring teacher’s knowledge. Pembelajaran
yang baik adalah bagaimana siswa sendiri dapat membangun pengetahuannya sendiri,
dapat menemukan cara untuk mengatasi persoalan-persoalan matematika. oleh
karena itu, hendaknya guru harus merefleksikan diri seperti apa ia melakukan
kegiatan belajar, dan mengubah paradiigma pembelajaran tradisional menjadi paradigm
pembelajaran yang inovatif.
refleksi The anxiety of Mathematics Teachers and Their Problems
Dari uraian
diatas, menjelaskan tentang bagaimana kecemasan para guru dalam pembelajaran
matematika. Faktanya memang masih banyak terdapat permasalahan-permasalahan
yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran matematika. permasalahan yang
meninmbulkan kecemasan dari para guru meliputi permasalahan mengenai buku ajar.
Beberapa guru masih belum mampu menghasilkan buku ajar sendiri, bahkan untuk
memilih buku ajarpun mereka harus mampu memenuhi criteria yang baik untuk
proses pembelajaran. Dan tidak sedikit guru ingin mengetahui bagaimana komponen
pengajaran untuk menuju pembelajaran yang inovatif. Selain itu, dalam
mengembangkan lesson plan, guru masih kesulitan dan masih belum mampu
mengetahui gambaran pelaksanaan lesson plan dengan jelas. Sehingga para guru
harus memperdalam tentang bagaimana mengembangkan lesson plan. Dalam mengalokasikan
waktu dengan efektif, mereka belum dapat melaksanakan secara optimal. Sekaligus,
mereka belum mampu mengembanhkan lembar kerja siswa yang sesuai dengan criteria
yang benar efektif dan lebih praktis.
Subscribe to:
Posts (Atom)