Saturday 25 May 2013

refleksi The Implication of Vigotsky’s Work to Mathematics Education



Dari artikel di atas, kita dapat mengetahui implikasi kerja dari Vigotsky terhadap pendidikan matematika. menurut vigotsky, guru bertanggung jawab terhadap belajar siswa. Guru sebgai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam belajar. Sehingga dari interaksi antara guru dan siswa akan dapat mempermudah bagi siswa sendiri untuk membangun pengetahuannya. Dalam implikasi Vigotsky ini, secara keseluruhan lebih menekankan bahwa guru memberikan pelayanan tentang apa yang sedang dibutuhkan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri.  Agar siswa terlibat dalam tugas dan untuk memelihara suasana kelas yang positif dengan meningkatkan keterampilan social sekaligus akademiknya, perlu menggunakan kelompok kecil dimana siswa dapat berinteraksi terhadap temannya sekaligus tanggung jawab terhadap tugasnya.  Menurut Ernest, dalam mengajar matematika hal yang penting adalah anak-anak perlu terlibat secara aktif, memecahkan persoalan sendiri, dan dapat menerapkan matematika dalam kehidupannya sendiri dan lingkungan. Dalam hal tersebut, perlu dilakukan adanya pembelajaran yang aktif, bervariasi, terlibat secara sosial dan mengatur diri sendiri. Sehinga pada kurikulum seharusnya didasarkan  untuk membantu murid pengembangan diri dan kemandirian, situasi kehidupan peserta didik adalah titik awal perencanaan pendidikan, dan perubahan sosial adalah tujuan akhir dari kurikulum.

refleksi The Nature of Mathematics Education Aim


Berdasarkan uraian di atas, secara filosofis tujuan pendidkan matematika adalah peregangan dari dasar aritmatika mengajar, sertifikasi, transfer pengetahuan, kreativitas, hingga mengembangkan siswa pemahaman. Secara garis besar, tujuan pendidikan adalah memungkinkan siswa untuk dapat menyadari, memahami, menilai, dan memanfaatkan serta melakukan penerapan terhadap pengetahuan matematika dalam kehidupan sehidupan masyarakat, sesuai dengan situasi dalam kepentingan pribadi, professional hidup, maupun untuk social. Oleh karena itu, Ernest berpendapat bahwa kurikulum yang digunakan seharusnya didasarkan pada membantu pengembangan diri siswa, dan mengembangkan kemandiriannya, terhadap situasi kehidupannya maupun terhadap perubahan social yang sedang dihadapinya. Jadi secara implisit, Ernest (1995) dijelaskan bahwa sifat tujuan pendidikan matematika tergantung pada ideologi dan filosofi pendidikan matematika.

refleksi The Simple Logic of The Need to Reform of Mathematics Education in Indonesia



Berdasarkan uraian yang berjudul ” The Simple Logic of The Need to Reform of Mathematics Education in Indonesia ” ini kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus diubah, diinovasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Saat ini bangsa kita sedang melakukan pembenaha terhadap pendidikan dan moralitas siswa. Sehingga ada beberapa macal hal yang harus diperhatikan untuk lebih difokuskan dalam perubahan system pembelajarannya. Kebanyakan kurikulum yang ada ini, kurikulum hanya sebatas instrument saja, oleh karena itu hendaknya ada berubahan kurikulum yang lebih baik, yaitu kurikulum yang lebih interaktif. Selain itu, kurikulum harus sederhana namun fleksibel. Dalam proses pembelajaran, untuk melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran sekaligus memenuhi apa yang sebenarnya dibutuhkan siswa dalam membangun pengetahuan, hendaknya menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selama ini, kebanyakan guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga pengetahuan yang diterima siswa hanya sebatas pengetahuan yang dimilik guru atau disebut dengan transferring teacher’s knowledge. Pembelajaran yang baik adalah bagaimana siswa sendiri dapat membangun pengetahuannya sendiri, dapat menemukan cara untuk mengatasi persoalan-persoalan matematika. oleh karena itu, hendaknya guru harus merefleksikan diri seperti apa ia melakukan kegiatan belajar, dan mengubah paradiigma pembelajaran tradisional menjadi paradigm pembelajaran yang inovatif.  

refleksi The anxiety of Mathematics Teachers and Their Problems




Dari uraian diatas, menjelaskan tentang bagaimana kecemasan para guru dalam pembelajaran matematika. Faktanya memang masih banyak terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran matematika. permasalahan yang meninmbulkan kecemasan dari para guru meliputi permasalahan mengenai buku ajar. Beberapa guru masih belum mampu menghasilkan buku ajar sendiri, bahkan untuk memilih buku ajarpun mereka harus mampu memenuhi criteria yang baik untuk proses pembelajaran. Dan tidak sedikit guru ingin mengetahui bagaimana komponen pengajaran untuk menuju pembelajaran yang inovatif. Selain itu, dalam mengembangkan lesson plan, guru masih kesulitan dan masih belum mampu mengetahui gambaran pelaksanaan lesson plan dengan jelas. Sehingga para guru harus memperdalam tentang bagaimana mengembangkan lesson plan. Dalam mengalokasikan waktu dengan efektif, mereka belum dapat melaksanakan secara optimal. Sekaligus, mereka belum mampu mengembanhkan lembar kerja siswa yang sesuai dengan criteria yang benar efektif dan lebih praktis.