Dalam
membenahi kualitas pendidikan di negara Indonesia, kita perlu berjuang untuk
menuju ranah pendidikan tingkat internasional. Untuk mewujudkan hal tersebut,
hendaknya para guru harus memiliki kompetensi yang berwawasan luas dan
mendalam. Tidak Dapat dipungkiri, fasilitas sekolah juga menjadi salah satu
factor penting dalam membangun pengetahuan melalui teori dan praktik.
Kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pada metodologi pengajaran, pengelolaan kelas,
teori belajar siswa, dan metode penilaian,
termasuk dalam menerapkan portofolio.
Namun, realita pendidikan di Indonesia, guru masih sulit untuk menerapkan
metode penilaian dalam portofolio. Dalam
proses pembelajaran, guru hendaknya berusaha untuk melibatkan siswa secara
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Peran guru sebagai motivator dan
fasilitator sangat dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran. Disisi lain,
hendaknya kita harus mengembangkan pendidikan yang juga mencakup dalam nilai
dan kebudayaan,
dengan harapan akan menciptakan generasi penerus bangsa yang tidak hanya
berpendidikan tetapi juga berbudaya dan mencerminkan perilaku sesuai dengan
harapan masyarakat.
Berdasarkan
ilustrasi dari gambar gunung diatas,
bahwa terdapat 4 tingkatan matematika realistis, yaitu
1.Tahap Konkrit
2.Tahap
Model Konkrit
3.Tahap
Model formal
4.Tahap
Matematika formal
Proses
pembelajaran matematika seharusnya berasal dari hal-hal yang konkrit terlebih
dahulu hingga sampai pada suatu bentuk yang kompleks. Seperti halnya pada
ilustrasi gambar di atas, pada lapisan terbawah terdapat tahapan konkrit dimana
siswa memperlajari matematika berawal dari hal-hal yang konkrit yang ada di
dalam kehidupan siswa sehari-hari. Setelah pengetahuan yang dibangun siswa
dalam tahapan ini kokoh, maka dapat dilanjutkan pada tahap yang selanjutnya. Begitu
pula pada tahap-tahap berikutnya. Secara garis besar, pengetahuan matematika
dibangun mulai dari tahap konkrit terlebih dahulu, delanjutnya tahap model
konkret, tahap model formal dan tahap matematika formal.